Shalat Dhuha Mendatangkan Rezeki?


Shalat Dhuha Mendatangkan Rezeki?
Ketika mobil sudah lolos dari kemacetan, kami kembali bisa menikmati perjalanan santai keliling kota. Sambil menikmati suasana santai di dalam mobil, seorang famili yang bernama ‘MF’ bercerita tentang pengalamannya yang cukup unik. Katanya, sebuah pengalaman yang sangat istimewa telah ia dapatkan ketika melakukan shalat dhuha.
Dari berbagai sumber, keterangan dan penjelasan yang ia dapatkan, baik ketika mendengarkan ceramah-ceramah, atau dari membaca diskusi-diskusi literatur. Ia mengambil sebuah kesimpulan, bahwa shalat dhuha itu dipakai untuk mencari rezeki. Begitulah kesimpulan yang ia dapatkan.
Kata MF, pagi itu ia benar-benar bisa tenggelam dalam kekhusyukan. Sebab, sebelumnya ia mempunyai permasalahan ekonomi yang cukup serius. Maka dengan melakukan shalat dhuha, ia berharap akan mendapat rezeki kontan dari Allah Swt, sehingga bisa menyelesaikan permasalahannya dengan cepat.
Saat itu, do’a yang dipanjatkan sangat panjang. Sujud yang dilakukan begitu khusyuk. Harapannya hanya satu. Ia ingin mendapat rezeki secepatnya untuk segera menutupi hutang-hutangnya yang katanya sudah sangat menumpuk.
Beberapa hari ia lakukan shalat dhuha tersebut dengan penuh khusyu’ dan tawadhu’. Setiap selesai shalat dhuha ia selalu berharap-harap cemas untuk mendapatkan rezeki dari Allah Swt.
Pada pagi yang cerah, ketika waktu dhuha sudah masuk, seperti biasanya ia mengambil air wudhu’, lalu ia menggelar sajadahnya. Hari itu benar-benar ia bisa melakukan shalat lebih khusyu’ dari waktu-waktu sebelumnya. Do’a pun dipanjangkan lebih dari hari-hari sebelumnya. Ia betul-betul merasa puas dengan shalat dhuhanya .
Ketika menutup do’a khusyu’nya, sebelum melipat sajadahnya, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk perlahan. Dan terdengar suara ucap salam dari seorang tamu yang berada di luar. Kontan MF bangkit dari tempat shalatnya, dan ia menjawab salam dengan penuh gembira.
“…wa ‘alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh…”
Begitu fasihnya MF menjawab salam tersebut. Dengan penuh gembira dipersilahkannya tamu itu masuk kedalam rumahnya. Dalam hatinya MF berkata, Wah, inilah rezeki yang ia harapkan itu. Ia berfikir begitu kontannya Allah kalau memberi rezeki. Belum satu menit do’a panjang itu ia tutup, belum selesai ia melipat sajadahnya, tiba-tiba didepan pintu sudah menunggu rezeki itu…
” Silakan masuk pak,. .” kata MF. ” Oh, iya terima kasih…” sahut tamunya. Bapak siapa ya, koq saya agak lupa…” kata MF. Ini pak…, saya memang belum pernah ketemu bapak. Saya adalah utusan dari majikan saya bapak HR. Saya kesini disuruh menagih hutang kepada bapak yang memang belum terbayar sejak lima bulan yang lalu. Mohon maaf kalau saya mengganggu…”
Ah, betapa pucat muka MF mendengar hal ini. Ternyata yang datang bukan rezeki yang diharapkan, tetapi justru orang sedang menagih hutang! Ingin rasanya ia menangis waktu itu. Betapa saat itu ia tidak punya uang sama sekali, Shalat dhuha sudah ia lakukan dengan penuh khusyuk ternyata yang datang bukan seperti harapannya. Sambil menutup ceritanya, MF mengatakan pada saya :”..ternyata shalat dhuha tidak bisa dipakai untuk mencari rezeki ya…”
Saya hanya tersenyum, menyaksikan MF mengambil kesimpulan sendiri dari ceritanya itu. Rupanya ada sesuatu yang salah dalam pemahaman shalat dhuha. Allah Swt, sebagai Tuhannya Alam Semesta, Dzat Yang Maha Agung, oleh MF dimintai uang untuk membayarkan hutangnya.
Kira-kira saja, para malaikat menjadi ‘tersinggung’ mendengar perilaku MF ini. Betapa Sang Pencipta Jagad Raya, yang memiliki Arasy yang tinggi, yang mengatur jalannya bintang-bintang raksasa, di seluruh galaksi, yang mengatur hidup dan mati seluruh ciptaanNya, disuruh membayarkan hutangnya…?
MF memang belum mengerti, ia tidak menyadari akan kesalahannya. Maka Allah Swt memberinya pelajaran praktis pada pagi itu. Yang datang bukanlah rezeki, tetapi sebaliknya yang datang adalah orang yang menagih hutang.
Sejak memulai shalat, yang di bayangkannya oleh MF adalah rezeki melimpah. Bukan mengagungkan Allah. Rupanya MF telah melakukan kesalahan dalam mengartikan substansinya shalat dhuha.
Bahwa dengan shalat dhuha seseorang akan mendapatkan rezeki yang barokah, insyaAllah adalah benar. Tetapi yang menjadi masalahnya, shalat bukanlah untuk mencari rezeki. Shalat adalah sebuah pengabdian yang sangat indah dari seorang hamba kepada Tuhannya.
Mengabdi bukanlah minta rezeki. Mengabdi adalah mendekatkan diri pada Ilahi. Mengabdi adalah mensyukuri nikmat diri yang tiada terhitung lagi saking banyaknya yang telah diterima bleh manusia.
Allah melalui rasulNya, menyuruh kepada kita semua, agar di waktu dhuha kita menyembahNya. Kita MengagungkanNya. Apabila pada saat semua orang sibuk mencari rezeki dan sibuk mengurusi duniawi, pada saat itu ada seorang hamba yang menyempatkan diri untuk mengagung-kanNya, dengan melakukan shalat dhuha, maka dia itulah orang yang sangat istimewa.
Sungguh Allah sangatlah mencintainya. Sebab ketika semua orang memanfaatkan `waktu efektif’ untuk bekerja, ‘waktu efektif’ untuk berusaha, ternyata pada saat itu ada orang yang mau dan rela mengorbankan waktunya demi mencari ridha Allah. Mohon ampun atas segala kekhilafannya. Mengagungkan Dzat Yang Maha Perkasa. Bukan sekedar untuk minta rezeki. Sungguh orang itu berhak mendapatkan rezeki yang barokah dari Allah Swt…
Barang siapa yang rajin menjaga shalat dhuha, maka akan diampunkan dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan.
(HR. Ahmad, Attirmidzi)
Barang siapa yang disibukkan oleh dzikirnya untuk mengingatKu, sampai ia lupa memohon kepadaKu, maka Aku memberinya sebelum ia memohon kepadaKu.
(Hadits Qudsi, Abu Nu’aim, Dailami)

0 komentar:

Posting Komentar

Design by JokoRowoTlogoRejo Islam itu Indah I Love Islam