Urutan Dzikir Setelah Shalat.
Tentang hal ini, Syeikh Ibn Baaz —rahimahullah— mengatakan bahwa berdasarkan riwayat yang paling utama yaitu yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam —berdasarkan riwayat yang ada— jika telah mengucapkan salam dari shalat fardhu maka beliau mengawalinya dengan beristighfar sebanyak tiga kali dengan mengucapkan :
أَستَغفِرُ اللهَ، أستغفر الله، أستغفر اللهم أنت السلام، ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والإكرام
Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Tsauban dan sebagianya terdapat dalam riwayat Aisyah juga, bahwa Aisyah berkata, "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan salam, beliau tidak duduk selain seukuran membaca bacaan "ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM, WAMINKAS SALAAM, TABAARAKTA DZAL JALAALIL WAL IKRAAMI (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Pemberi keselamatan, dan dariMu-lah segala keselamatan, Maha Besar Engkau Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan)." Kemudian bergeser menghadap jamaah lalu mengucapkan setelah itu :
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على شيء قدير
Di dalam hadits Zubeir dan Mughirah disebutkan bahwa hal itu dibaca sebanyak satu kali sedangkan didalam riwayat lainnya disebutkan tiga kali dan mengucapkan,
لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه له النعمة وله الفضل وله الثناء الحسن، لا إله إلا الله مخلصين له الدين ولو كره الكافرون، اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجد
Setelah melaksanakan setiap shalat dari 5 waktu, Fajar, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Dan dzikir ini ditambah pada saat shalat maghrib dan Fajar sebanyak sepuluh kali :
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو على كل شيء قدير
Dalam hal ini terdapat hadits khusus shahih dalam shalat maghrib dan fajar dengan dzikir tersebut sebanyak sepuluh kali :
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو على كل شيء قدير
Lalu mengucakan :
سبحان الله, والحمد لله, والله أكبر
Masing-masing 33 kali sehingga jumlahnya menjadi 99 kali lalu ditutup dengan,
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
Semua itu berasal dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu membaca ayat kursi :
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (البقرة:255)
Ia hanyalah satu ayat dan disebut dengan ayat kursi, ia adalah sebaik-baik ayat didalam al Qur’an dan ayat yang paling agung didalam al Qur’an al Karim sebagaimana surat yang paling agung dan paling utama didalam Al Qur’an adalah surat al Fatihah : Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin
Setelah ayat kursi, beliau membaca : Qul Huwallahu Ahad (Surat Al Ikhlas), Qul A’udzu birobbil Falaq (Surat AL Falaq) dan Qul ‘Audzu birobbin Naas (Surat An Naas) satu kali setelah shalat Zhuhur, setelah Ashar dan setelah Isya. Dan tiga kali setelah shalat Fajar dan Maghrib. Ketiga surat ini dibaca satu kali setelah Zhuhur, Ashar dan Isya dan diulang hingga tiga kali setelah shalat Maghrib dan Fajar setelah dzikir-dzikir diatas dan setelah ayat kursi. (www.binbaz.org.sa)
Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Salafy
Tentang Salafiy ini, Syeikh Ibnu al Utsaimin mengatakan, ”Kita harus mengetahui bahwa Salafiy tidaklah terbatas pada satu kelompok tertentu. Setiap yang berpegang dengan madzhab Salaf (para sahabat dan Tabi’in, pen) adalah Salafi. Inilah Salafiy baik untuk masa terdahulu maupun masa belakangan.
Adapun kemudian kita menjadikannya (salafiy) untuk satu kelompok tertentu dan mengatakan : Mereka ini adalah Salafiyun (orang-orang Salafiy) dan mereka itu adalah Aqlaniyun (orang-orang Rasionalis) maka ini tidaklah betul akan tetapi hendaklah dia mengetahui bahwa diantara ulama ada yang lebih didominasi oleh aspek akal sedangkan yang lainnya lebih didominasi oleh aspek syara’.. (Liqoat al Bab al Maftuh 218/20)
Sedangkan Syeikh Shalih al-Fauzan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan madzhab Salafiy adalah madzhab yang diatasnya pernah dilalui orang-orang terdahulu dari umat ini, dari kalangan sahabat, tabi’in dan imam-imam yang diakui memiliki aqidah yang benar, manhaj yang lurus, iman yang benar, berpegang dengan islam baik sisi aqidah, syariah, adab, prilaku yang berbeda dengan para pelaku bid’ah, orang-orang yang menyimpang dan ahli khurafat.
Di antara orang-orang terkenal yang mengajak kepada madzhab Salaf adalah imam yang empat, Syeikhul Islam ibnu Taimiyah dan murid-muridnya, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan murid-muridnya dan orang-orang yang melakukan perbaikan dan pembaharuan selain mereka, karena tidaklah ada satu zaman yang kosong dari orang yang berdiri di jalan Allah dengan hujjah…” (al Muntaqa Min Fatawa asy Syeikh al Fauzan No. 206)
Dengan demikian istilah Salafiy tidaklah bisa diklaim hanya dimiliki oleh satu kelompok atau jama'ah tertentu saja, baik kelompok itu ada di Indonesia, Arab, Mesir atau negeri lainnya. Ia adalah milik setiap orang atau kelompok yang istiqomah di atas jalan yang pernah dilalui oleh orang-orang terdahulu dari umat ini, sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Shaleh al-Fauzan di atas.
Sebagaimana juga istilah "Ahlus Sunnah wal Jama'ah" tidaklah bisa diklaim hanya dimiliki oleh satu kelompok, jama'ah atau ormas tertentu saja. Namun ia adalah milik setiap orang atau kelompok yang setia mengikuti Rasulullah SAW di atas manhaj salafussaleh yaitu orang-orang yang berjalan di atas petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallamdari kalangan shahabat dan tabiin seuruhnya.
Wallahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar